Membeli Ketenangan Hati

 MEMBELI KETENANGAN HATI

 Jika kita berkeliling di pasar biasa untuk mencari item ini, tentunya hal tidak mungkin kita dapatkan. Semahal apapun barangnya, sebagus apapun tokonya, kita tidak akan mendapati item ini. Namun ada suatu cara menganalogikan kita membeli ke suatu toko atau pedagang, ada cara kita bisa “membeli” ketenangan hati dengan keikhlasan memberikan santunan kepada yatim. Bukan nilai uangnya atau donasinya yang menjadi alat tukarnya, namun hati dibeli dengan hati, Anda mulyakan anak yatim maka Allah mulyakan Anda dengan ketenangan hati.

Apakah ini bukan hal tabu, berdonasi dengan mengharap imbalan ?
Sahabat madani perindu syurga, benar bahwa bahwasanya mata uang sangat tajam dan selalu pas, kualitas sebanding dengan harganya, artinya kualitas ketenangan hati yang didapat sebanding dengan nilai keikhalasan hati yang dikeluarkan. Nyatanya ini adalah sebuah teori yang pada dasarnya bisa dilihat, dibaca dan dirasakan oleh orang-orang yang meyakininya.
Ada beberapa keutamaan bagi mereka yang menjadi penyantun anak yatim :
Pertama, mereka akan menjadi tetangga Rasulullah SAW di surga kelak. 
Kedua, menyantuni anak yatim akan membersihkan pikiran mereka serta melembutkan dan menghilangkan kekerasan hatinya. Nabi SAW bersabda, “Bila engkau ingin hati menjadi lembut dan damai serta keinginan (yang baik) tercapai, maka sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan yang seperti engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang, lembut, serta keinginanmu (yang baik) akan tercapai” (HR Thabrani).
Ketiga, menjadi penyembuh dari berbagai penyakit kejiwaan. 
Keempat, memiliki kepedulian sosial karena menolong dan membantu orang yang membutuhkan, sebagaimana diajarkan dalam Islam.
 
Bagaimanakah cara menyantuni anak yatim yang paling ideal?
Untuk menjawabnya, dapat dilihat dari kisah berikut.
Suatu hari, Zainab--istri Ibnu Mas'ud--pergi hendak menemui Rasulullah SAW. Di depan pintu rumah beliau, ternyata ada seorang perempuan dari golongan Anshar yang juga ingin menemui Nabi Muhammad SAW.
Zainab pun  berkata kepadanya dan memohon kepada Bilal untuk menyampaikan kepada Rasulullah SAW, ada dua orang perempuan yang sedang menunggu di depan pintu rumah beliau. Zainab ingin bertanya tentang sedekah kepada suami dan anak-anak yatim di rumah mereka. Apakah mereka itu akan mendapat balasan pahala?
Bilal pun masuk dan menyampaikan pertanyaan tersebut. Rasulullah SAW bertanya, "Siapa mereka berdua?"
Bilal menjawab, "Seorang wanita Anshar dan Zainab."
Nabi SAW bertanya, "Zainab yang mana?"
"Zainab istri Abdullah (Ibnu Mas'ud)."
Kemudian, Rasulullah SAW bersabda kepada Bilal, "Mereka berdua mendapatkan dua pahala, yakni pahala menjaga kekerabatan dan pahala sedekah" (HR Bukhari dan Muslim).
Dari keterangan di atas, hakikatnya menyantuni anak yatim itu adalah dengan cara membawa anak yatim ke dalam keluarga.
Keluarga Muslimin mencukupi kebutuhannya, mengajari dan mendidiknya sampai akil balig. Itulah bentuk santunan kepada anak yatim yang paling utama.
Penjamin anak yatim harus memperlakukan mereka seperti keluarganya sendiri dalam hal sandang, pangan, dan pendidikan. Itulah yang dilakukan para sahabat, sebagaimana dilukiskan dalam hadis di atas.
Wallahu’alam semoga bermanfaat
(kakewa abu rafa)

Dimana kita bisa membeli ketenangan hati ?